Sejarah PADI bag. 2

Jumat, 19 Maret 2010 komentar

Sebelum terbentuk menjadi band solid seperti sekarang ini, mereka adalah band yang merangkak dari bawah, jatuh bangun dan pernah merasakan beberapa kali ditolak oleh perusahaan-perusahaan rekaman besar. Penolakan itu tidak membuat mereka putus asa, malah memicu untuk sering membuat demo dan mengantarkannya sendiri dari Jakarta ke Surabaya. Pernah merasakan tidur di sambungan kereta api karena kehabisan tiket, dan juga pernah merasakan makan nasi basi karena sewaktu beli nasi bungkus di kereta ternyata dapatnya yang sudah basi, tapi karena sudah kelaparan akhirnya di makan bagian nasi yang belum basi.

Pernah dalam suatu kesempatan Piyu berkomentar "pemain band itu harus hidup penuh penderitaan dulu sebelum terkenal. Hidup menderita itu bisa melatih kita untuk punya jiwa survive dan akhirnya bisa eksis di dunia kita sendiri."

Padi Dewi fortuna mulai berpihak kepada mereka, ketika pada suatu kesempatan manggung di sebuah pub di Surabaya yaitu Colors, dengan disaksikan perwakilan dari label rekaman Sony Music Indonesia. Keesokan harinya, mereka ditawarkan untuk rekaman album kompilasi Indie Ten, ajang kemampuan untuk para band baru. Sebelumnya, Padi telah memasukan demo album terlebih dahulu. Dan kebetulan pihak Sony sedang ke Surabaya untuk urusan promo sebuah album, Padi sekalian di audisi.

Mereka bermain band dari kampus ke kampus. Meskipun grup baru, mereka tergolong matang dan selalu tegas dalam setiap konsep yang mereka buat. Sejak awal mereka memantapkan diri di jalur pop rock. Mungkin karena itu pula Sony Music tertarik untuk mengelola Padi. Padahal, sebelumnya Aquarius dan RIS Music menolak mereka.

Namun mereka sempat menolak Sobat untuk jadi lagu andalan di album pertama mereka. Soalnya, mereka telah menyiapkan Demi Cinta sebagai lagu jagoan. Karena itulah lagu Sobat, yang menurut Sony menarik, dimasukkan di album Indie Ten. ''Mungkin itu sudah jalan kita, harus ikut album kompilasi dulu,'' ujar Yoyo. Tidak menyia-nyiakan peluang yang ada di depan mata, mereka ambil kesempatan itu dengan lagu "Sobat" nya.


Setelah itu, jalan menuju sukses mulai terbuka lebar. Untuk langkah awal mereka di kontrak Sony untuk 4 album. Album pertama, LAIN DUNIA, rilis setahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 6 Agustus 1999. Penjualan album ini, meski perlahan tapi pasti. Banyak orang mengenal PADI setelah lagu-lagunya menjadi hits seperti Begitu Indah, Demi Cinta, Seperti Kekasihku, dan Mahadewi. Mahadewi menjadi booming ketika lagu ini dibuat vidklip-nya, hingga merajai chart-chart musik di televisi maupun radio-radio di tanah air.

Album kedua, Sesuatu Yang Tertunda, rilis pada tanggal 2 Juli 2001. Saat awal peluncuran, sudah terjual 450.000 copy. Yang pasti diingat dari album ini sudah tentu adalah hits yang menjadi legenda sepanjang masa "Kasih Tak Sampai". Banyak orang bilang ini akan menjadi everlasting song-nya PADI, yang akan tetap dikenang sampai kapanpun.

Album ketiga Save My Soul, rilis pada tanggal 18 juni 2004 namun baru di launching pada tanggal 24 Juni 2004. Launching-nya pun sempat dibikin heboh, PADI main di atas atap restoran cepat saji di salah satu kawasan di Sarinah-Thamrin, disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta di Indonesia. Album yang penuh kejutan, karena banyak orang bilang lagu-lagu di album ini rumit dan tidak berselera pasaran. Namun ini justru menandakan kejujuran PADI dalam bermusik. Di album ini, PADI mewujudkan impiannya untuk berkolaborasi dengan musisi idola mereka yaitu Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul "Sesuatu Yang Tertunda". Dalam seminggu, album ini terjual sekitar 500.000 copy.

Album ke empat, self titled-PADI, rilis 9 Mei 2005. Album ini disebut-sebut sebagai album kelahiran PADI kembali. Semangatnya, kerjasamanya, konon dibuat seperti ketika PADI bikin album pertama kali. Di album ini, PADI banyak berkolaborasi dengan musisi senior seperti Bubby Chen (Pianis Jazz), Abadi Soesman (Pemain Keyborad), dan Idris Sardi (Pemain Biola). Ada sebuah lagu yang dijadikan Original Soundtrack sebuah film Indonesia-Ungu Violet, yaitu lagu berjudul "Menanti Sebuah Jawaban".

Selain keempat album regular diatas, PADI juga pernah bikin album-album kompilasi seperti Official Songs World Cup (lagu Work of Heaven, 2002), Album rohani Family Songs Hadad Alwi (Doaku, 2003), Tribute to Ian Antono (Saksi Gitar Tua, 2004), dan album sosial untuk korban Tsunami di Aceh "Kita Untuk Mereka" (lagu 26 Desember, 2005).



komentar

Posting Komentar